Wednesday, December 8, 2010

Terapi Sensori Integrasi ke- 8/Evaluasi SI

26 November 2010

Hari ini terlihat kurang mood, tidak ekspresif, saat bermain terlihat tegang dan kurang nyaman. Padahal kemarin-kemarin sudah terlihat mau bermain dan mau diarahkan.

Kemajuan yang dicapai terlihat cukup bagus walaupun belum optimal.
(Terapi terpaksa dihentikan karena Divya harus ikut ayahnya yang dapat tugas di pelosok Sulawesi)

-Eye contact : respon sudah mau tapi belum konsiten.

-Respon perintah-perintah : sudah mau dan ikut seperti: tos, cium, tepuk tangan, tepuk perut, minta, ambil, taruh.

-Anggota tubuh : sudah mau menunjuk tapi belum konsisten dan masih harus diarahkan.

-Motor planning: saat bergerak terlihat masih ditahan, tapi mau bermain meluncur dan merangkak.

-Input vestibular: masih takut tapi mau mencoba dan belum lama saat diayun di ayunan.

-Visual Perceptual: bagus, mau mencari dan memasang puzzle.

-Oral Motor: mulai mau babbling saat bermain dan saat marah (ngomel).

-Taktik Stimulus: sudah bisa merasa nyaman saat di elus/brushing.

-Mulai mau di kolam bola. Responnya lebih ada dan mau bergerak.

-Gaya gravitasi: masih takut saat jatuh dalam kolam bola/melompat

Thursday, November 25, 2010

Terapi Sensori Integrasi ke- 7

24 November 2010

Hari ini cukup bagus, tapi ekspresinya masih belum keluar terlalu banyak. Kadang masih terlihat di tahan. Sekilas hanya senyum sedikit tapi terus di tahan lagi.

-Equilibirium di bola (besar) bisa mengeluarkan ekspresi Divya. Setelah menangis kencang, Divya jadi lebih mudah menerima instruksi & perintah.

- Eye contact sudah lebih baik.

-Respon perintah sederhana sudah mau dilakukan, walau kalau moodnya kurang baik, masih harus diarahkan. Tapi mau melakukan.

-Eye & hand coordination : sudah lebih baik dari sebelumnya.

-Motor planning sudah lebih baik dari sebelumnya.

-Ada peningkatan di sensori motor dan mulai keluar ekspresi saat bermain

Sunday, November 21, 2010

Terapi Sensori Integrasi ke- 6

19 Nov 2010

Hari ini Divya sudah cukup bagus dan amat kooperatif. Ditinggal pun tidak nangis lagi. Hanya di disekitar 10 menit sebelum sesi terapi berakhir Divya nangis karena takut ketinggian.

Koordinasi gerak tangan dan kakinya untuk merangkak sudah bagus hanya masih sering terlihat buru-buru. Mau merangkak bolak-balik sebanyak 4x.

Saat meluncur di perosotan, masih ditahan. Masih takut juga rupanya.

Gerak loncat-loncat di trampolin, kakinya masih ditahan. Keliatan kalo Divya masih takut-takut tapi kok enak ya loncat-loncat gini

Di ayunan sudah mau, awalnya masih nangis karena takut. Trus dalam posisi tiduran sambil di pegangin ama Bu Ais, Divya mau diayun. Keliatannya mulai menikmati. Waktu disuruh dalam posisi duduk, Divya sudah mau tapi tidak bertahan lama.

Di bagian mengurut balok berdasarkan warna sudah lancar hanya saja masih tinggi ego-nya mau ambil yang lain sesuai kemauannya. Tapi, sudah mulai menurut dan melakukan instruksi.

Nah, Divya kalo di taroh di bola besar dan ditidurkan di atasnya bisa keluar deh emosinya. Lagian sih Divya itu sering banget nahan emosi

Di kolam bola sudah bisa menikmati, sempat mau meniru kata-kata Bu Ais bilang "wow" tapi terus hilang lagi. (typical divya..oh please)

Sudah mulai mengerti perintah sederhana seperti cium tangan, cium (pipi - kita sodorin pipi kita), tos tangan dan tos siku, minta sesuatu, da-dah.

*note tambahan:
Dirumah, hari ini keluar kata-kata :
1. nta tu-tu, dwa! : minta susu, dua! (maksudnya netek ASI, dua-duanya)
2. wow! : kalo liat sesuatu yg lucu spt liat kartun yg lucu
3. yeaaaaa! : sudah bisa ngikutin kata2 terakhir dari wonderpets
4. ayah : kalo panggil ayahnya
5. ndak! : tidak
6. au : mau (tp ini jarang bgt, kadang2 aja)

Saturday, November 13, 2010

Terapi Sensori Integrasi ke- 5

12 November 2010

Hari ini Divya agak banyak nangisnya dan pada awalnya tidak mau disuruh, tapi akhirnya mau juga.
-Manipulatif ego-nya masih besar dan untuk mengalihkan perhatian agar tidak melakukan -perintah, minta dipeluk. Terburu-buru menyelesaikan mainan, agar cepat, diambil banyak-banyak

-Respon perintah sudah mau mengikuti

-Menunjuk bagian tubuh, sudah mau menunjuk walaupun masih salah.

-Persepsinya bagus tapi karena ego-nya masih tinggi jadi masih harus diarahkan.

-Koordinasi gerak kaki & tangan sudah baik. Mau merangkak.

-Mulai marah-marah jika tidak bisa memasang sesuatu atau tidak mau mengikuti instruksi. Dengan marah-marah, Divya mulai babbling/mengoceh. Saat ini sudah terlihat emosinya kalo Divya tidak suka. Sebelumnya tidak ada emosi/ekspresi alias flat/'datar'

-Koordinasi mata dan tangan yang sudah baik.

-Sensori motor untuk dilatih lagi

Thursday, November 11, 2010

Terapi Sensori Integrasi ke- 4

10 November 2010

Alhamdulillah, hari ini Divya cukup kooperatif. Cukup bagus dalam melakukan instruksi. MEskipun masih sering nangis tapi sambil nangis dia mau ngerjain apa yang diperintahkan.

Contohnya, Divya kepengen ikut aku keluar ruangan & nangis2. Tapi, oleh terapisnya di ajak bermain puzzle kesukaannya. Sambil berurai air mata, Divya tetap ngelakuin apa yang diminta dan waktu puzzlenya selesai, dia sudah tidak nangis lagi.

Sudah mulai mau menunjuk bagian tubuh, meskipun masih salah-salah. Tapi, sudah ada kemajuan sudah mau nunjuk ^_^ dan masih harus dibantu.

Kali ini, sudah mau merespon perintah sederhana seperti : minta dan taruh

Baru ketahuan satu hal : Ekspresifnya di tahan. Jadi, prosesnya rada lambat jika dia mengalami sesuatu. Contohnya saja, Divya sedang main mandi bola dan jatuh. Responsnya lambat dan baru dia menangis merasakan bahwa dia kaget karena jatuh. Atau takut akan sesuatu hal, Divya akan pendam dan tahan, baru beberapa lama untuk mengekspresikan bahwa dia itu takut yaitu dengan menangis.

Setelah dia mengekspresikan dirinya bahwa dia itu takut atau sakit dengan menangis keras. Divya jadi lebih cepat menerima instruksi/arahan yang diberikan.

Gak nyangka anak gue sekecil ini sudah bisa pendam emosi. Gak aneh kalo selama ini, aku sering lihat Divya kok 'datar-datar' aja ya eskpresinya.

Dengan diajarkan bagaimana untuk mengekspresikan emosinya, sekarang ini Divya memang jauh lebih cengeng dan cepat nangis dari pada sebelumnya. Itu karena Divya sekarang mulai bisa merasakan apa yang tidak nyaman pada dirinya.

Divya sekarang lebih sering ngoceh, biarpun masih dengan bahasa planetnya tapi aku dan suami selalu terus ajak dia bicara.




Wednesday, November 3, 2010

Terapi Sensori Integrasi ke- 3

3 November 2010

Hari ini Divya cukup lumayan, walaupun masih nangis. Tapi mulai mau diarahkan. Ego-nya masih tinggi.

Duduk di ayunan sudah mau. Sambil diayun walau masih nangis. Divya ternyata takut duduk di ayunan. Anak yang aktif sering manjat dan pecicilan, biasanya memang takut jika sesuatu bergerak diluar kontrolnya. Pantesan aja, diajak ke Time Zone maen kuda-kudaan pake koin, Divya nangis sampe kejer!

Mood Divya hari ini sedang cepet ngambek. Badannya dia kakuin gak mau ikutin instruksi waktu disuruh bergerak main di kolam bola.

Tingkat kepatuhannya masih minim. Ego-nya masih tinggi.
Itu sebabnya Divya nangis karena dia kesel Ego-nya sedang didobrak.

Aku suka gak tega liatnya. Rasanya kepengen lari, nyamperin dan meluk Divya. Tapi, kalo gue lakuin itu bukannya malah percuma terapi yg dijalani ini???

Thursday, October 28, 2010

Terapi Sensori Integrasi ke- 2

28 Oktober 2010

Hari ini dicoba untuk ditinggal di ruang terapi hanya dengan Tante Ais-si terapis. Karena terakhir di terapi Divya tiap kali gak mau ngelakuin instruksi yg diberikan oleh tante ais, langsung lari ke ibun dan nangis meraung-raung.

Gak ada penyiksaan.
Gak ada kekerasan.

Hanya rasa ego Divya sedang didobrak supaya mau mengikuti instruksi yang diberikan. Jadi, bukannya seenaknya sendiri.

Ibun dan Ayah bisa lihat sesi terapi dari ruang sebelah yang dipasangi kaca 1 arah. Jadi, kalo dari ruang terapi keliatannya seperti lihat cermin.

Berulang kali, Divya berontak karena gak suka karena harus mengikuti perintah. Belum lagi kalo melakukan sesuatu pasti terburu-buru. Eye contact masih belum mau.

Masih sering kepecah perhatiannya karena dia lihat mainan yang lain padahal belum menyelesaikan mainan yang dia pegang.


PR untuk dirumah :
Melatih menunjuk anggota tubuh
Melatih untuk melakukan perintah sederhana : minta, ambil, tos, salam, dadah
Jalan tanpa alas kaki di tanah, rumput, aspal

Friday, October 15, 2010

Terapi_ Assessment Terapi Sensori Integrasi

Setelah bolak-balik telpon ke tempat terapi di Klinik Anakku, akhirnya Divya dapat jadwal tgl 13 Oktober 2010. Jam 12 siang. Di wanti-wanti untuk tidak telat (yup.. macetnya sekarang makin parah soalnya)

Kita berangkat dari Depok sekitar jam 9.30-an. Aku seneewwwwwwwwweeeenn banget.

Buku kesehatan, surat rujukan dari Dokter Anak, Buku tulis kosong, perlengkapan Divya sdh lengkap semua. Siaaap berangkat!

Sesampainya di sana, masih jam 10.45, biar kecepetan gpp deh daripada telat. Toh Divya masih bobo di carseatnya. Aku trus ke bagian pendaftaran daan eng-ing-eng.. nama Divya gak terdaftar. OH NO!!

Tapi aku yakin dan pasti karena pihak Klinik Anakku yang telpon aku kok. Trus aku kok lupa tanya siapa yg telpon aku. Untungnya, mbak yang di bagian pendaftaran buka buku agenda jadwal terapis daaann tertulis di sana dgn jelas namanya Divya untuk diterapi hari ini. Hanya saja orang yg nulis lupa kasih kabar ke si terapis. Yaaa.. sama aja boong! *ggggggggggggggrrrrrrrrr**

Mencoba sabar karena mbak Dewi (baru ketauan namanya) ngebantuin telponin si terapis. Untungnya si terapis OTW ke Klinik Anakku.

Akhirnya jadi deh Divya di assessment hari itu. Terus terang aku & suami deg-deg-an banget. Mau diapain sih Divya??

Untung terapisnya ngertiin banget kalo kita tegang banget karena denger kata terapi aja sudah bikin down...

Sambil si terapis observasi Divya dengan permainan, aku & suami diminta untuk mengisi kuesioner dan menjawab pertanyaan yang sesekali diajukan oleh si terapis itu.

Selama 1 jam Divya diajarkan untuk mau mengikuti instruksi dan menirukan. Karena melalui dua cara ini dia bisa belajar. Ternyata emang benar, Divya marah kalo disuruh yang bukan kehendaknya. Selama ini ternyata Divya ngelakuin "semau gue"..

Aku selama ini tuh sering bingung gimana caranya ngajarin sesuatu kepada Divya. Gimana supaya menarik perhatian Divya dan supaya Divya mau ngikutin/niruin.

Ok my dear Baby Divya, no more mr. nice guy..this is for your own good!

Monday, October 4, 2010

dan keputusannya adalah................

Setelah dikasih tenggang waktu oleh dokternya Divya untuk menstimulasi selama 1.5 bulan. Ternyata progres yang dialami oleh Divya tidak banyak, bisa dibilang segitu-gitu ajah.

Jadi, hari Sabtu 2 Okt 2010 ini, kita dateng lagi untuk kembali untuk Divya di observasi oleh Dokter Irawan. Setelah hampir setengah jam di observasi, yaitu : panggil nama, minta menyebutkan bagian di wajah, menyebutkan bagian tubuh, melakukan gerakan dadah-cium tangan-kiss bye.

Dari semuanya itu, sebenernya Divya sudah bisa tapi kalau sedang tidak mau, ya gak dilakuin. Jadi, aku sering ngerasa frustasi kenapa Divya gak mau ngikutin/menirukan??

Ternyata, hasil observasi Pak Dokter, Divya itu hanya mau komunikasi 1 arah alias komunikasi hanya mau dari dia bukan sebaliknya. Lha.. gimana mau belajar kalo hanya dari dia? Di tahap ini, dia proses belajarnya dengan menirukan kan???

Akhirnya, kami sebagai orang tuanya minta solusi apa yang harus dilakukan karena sudah habis akal untuk menstimulasi Divya. Bisa jadi kami, orang tuanya, salah memberikan stimulasi, iya kan??

Jadi, Pak Dokter memberikan rujukan untuk Divya di terapi Sensori Integrasi.

Heh?!! Apaan tuh???

Setelah di jelaskan adalah sbb:
Disfungsi sensori integrasi merupakan masalah dalam memproses sensasi yang menyebabkan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku yang tampak pada anak adalah mereka memproses sensasi yang emreka terima dari lingkungan dan dari tubuhnya dengan cara yang tidak tepat, misalnya dengan mencari stimulasi yang berlebihan (contoh), menghindari sensori/stimulasi (contoh), atau masalah dalam merencanakan gerakan (contoh)

Dengan diberikan rujukan ke terapis yang nantinya akan memberikan terapi tsb kepada Divya. Untungnya di Klinik Anakku juga terdapat terapi tsb, hanya saja lokasinya bukan di Pondok Pinang tempat Divya biasa di periksa oleh Dokter Irawan. Tapi, di Cinere (seberang Cinere Mall)

Kami datang pada hari Senin, 4 Oktober 2010. Awalnya kami pikir, ah paling gak banyak anak yang di terapi. Ternyata salah besar. Jadwalnya penuh! Yikes...

Dengan membawa surat rujukan tsb, Divya ditaruh di jadwal waiting list. Apalagi untuk pertama kali harus di lakukan assessment dulu. Setelah itu baru pada pertemuan berikutnya akan dimulai terapi. Untungnya mbak yang atur jadwal ngebantuin banget. Dia coba hubungi semua terapisnya dan ternyata dapet jam 4 sore. Yaudah deh gpp...

Kami sih lebih suka dapat jadwal di pagi hari karena Divya masih fresh dan kalo sudah sore pasti sudah mulai rewel.

Jadilah, kami bertiga mampir ke rumah eyangnya Divya yang di daerah Pondok Labu sambil menunggu waktu akan di assessment. Divya gak mau tidur sama sekali karena asyik main dengan kakak sepupunya.

Gak kerasa sudah jam 15.30! yikkkkeees... telaaaattt... Buru2 deh berangkat daaann kena macet.

Nyampe di tempat terapi Klinik Anakku jam 16.30 aja gituu..uuuggghh! Gak nyangka kalo jam segitu tuh macet.

Jadinya Divya di waiting list lagi *sigh*

Sambil tanya sana-sini tempat terapi yang lebih deket rumah di daerah Depok dan juga harganya terjangkau ama kocek tentunya.

Setelah cari informasi ternyata hanya di Klinik Anakku saja yang kalo dihitung-hitung lebih reasonable. Apalagi terapisnya bisa langsung konsultasi dengan Dokter anak langgangannya Divya.

Sekarang saatnya untuk bolak-balik nge-cek apakah Divya sdh dapat jadwal belom ya???

Sunday, October 3, 2010

Aquadoodle


It's really-really fun! You don't have to worry if your child put the marker on their mouth since it's just a drinking water anyway..

I love this...

Unfortunately, my little Divya kept busy with it only appr. 10 minutes..


Tuesday, September 14, 2010

Cara Kreatif Menghibur Anak Usia 2 Tahun

Diambil dari Kompas, artikel ini berguna sekali buatku. Aku share, semoga berguna..


ibu dan anakMengurus anak usia dua tahun agak lebih merepotkan bagi sebagian orangtua. Wajar saja, karena pada usia ini anak sedang dalam masa aktif dengan energi luar biasa. Normalnya, pada usia inilah rasa ingin tahu anak muncul lebih tinggi. Keinginannya untuk mengeskplorasi hal baru perlu direspons dengan baik.

Masalahnya, kadang orangtua kebingungan bagaimana merespons aktivitas anak batita ini. Terutama membagi perhatian, antara pekerjaan rumah, sekaligus mengawasi aktivitas anak. Trik berikut ini bisa menjadi solusinya:

1. Berikan mainan
Cara tepat dan praktis adalah dengan memberikan anak mainan menyenangkan sekaligus edukatif. Sebaiknya selalu simpan semua mainan yang anak miliki, dari hadiah ulangtahun atau pemberian lainnya. Simpan dalam boks plastik agar tetap terjaga rapi dan bersih. Nah, ambil koleksi mainan satu-persatu dan berikan kepada anak, untuk menarik perhatiannya. Pastikan posisi Anda tak jauh dari jangkauan anak, sehingga masih memudahkan untuk mengawasi aktivitasnya. Beri perhatian dengan mengganti mainan agar anak tak mudah bosan. Membeli mainan yang bervariasi ada baiknya, karena pada masa ini anak selalu penuh ingin tahu.

2. Bebaskan bermain air

Anak batita senang mengeksplorasi dirinya, karena itu cenderung lebih aktif dan selalu ingin tahu. Air menjadi mainan yang paling menyenangkan pada masa ini. Berikan dukungan dan perhatian kepada anak Anda. Misalnya dengan menempatkan anak dalam kolam plastik yang diisi air, setengah bagian saja. Bebaskan anak bermain dalam kolam air ini. Tambahkan mainan untuk membuat kegiatan lebih menyenangkan. Berikan pengawasan sesekali, tak perlu terlalu khawatir sehingga membuat aktivitas anak terbatasi.

3. Kreativitas seni
Melatih kreativitas seni bisa dimulai sejak dini, dengan memberikan kesempatan kepada anak melukis dengan jari, misalnya. Tak jadi soal jika tangannya harus kotor dengan cat. Namun Anda perlu menyiapkan ruangan yang sudah dilapisi dengan koran di bagian lantai. Siapkan mangkuk berisi cat yang aman untuk kulit, dan celupkan jari ke dalamnya. Ajarkan anak untuk melakukan hal yang sama, dan menggambar bentuk di atas lantai yang dilapisi koran. Pastikan cat jari aman dari zat berbahaya, menjaga saja jika anak tiba-tiba menjilat jarinya.

4. Menonton acara kartun
Terlalu sering menonton televisi memang bukan menjadi rekomendasi banyak orangtua atau psikolog, namun cara ini bisa menghibur bagi anak. Penting dicermati adalah pilihan tontonan dan pendampingan orangtua. Pilih program televisi yang menunjang tumbuh-kembang anak. Sekarang ini juga banyak pilihan DVD film kartun untuk anak yang mengasah rasa ingin tahunya. Pastikan juga Anda memegang kendali atas durasi menonton televisi. Untuk aktivitas yang satu ini, orangtua perlu memberikan perhatian khusus.

Masih banyak cara kreatif lain untuk menghibur anak. Perhatian dan kreasi orangtua diperlukan untuk tumbuh-kembang anak. Termasuk dalam memberikan hiburan di rumah yang tepat. Semakin banyak membagi waktu akan menciptakan hubungan emosi yang lebih kuat. Kira-kira apa kreasi Anda?

sumber : kompas

Sunday, September 12, 2010

Free Giveaway from Le Carousel


I instantly fell in love with the vest from Le Carousel. Plus, Marie-Laure, the creator, very kind to share this vest for free giveaway!

How cool is that!

Fingers crossed. Hoping that I could win this. I can imagine how cute this vest on my Divya..

Let's wait and see!

You can also try your chance. Just click THIS, and you'll have the instruction how to enter and win the free giveaway.

You have until midnight Friday, September 17th, 2010 to participate.

Since it is in France. No worries, just use Google translate for those who don't speak France. Not so good translation though. At least you can get the point what to do.

Bon Chance!

Wednesday, September 1, 2010

Work of Art


Tadinya sempet ingin memperbarui cat rumah. Tapi.... gak jadi.

Apa sebabnya????

Ini dia!

Karyanya begitu berharga sampe buat aku dan suami ngerasa sayang untuk menghapusnya...

Tuesday, August 31, 2010

Her Favorite Spot


Divya punya tempat-tempat favorit. Dimana aja?

1. Di bawah wastafel
2. Di bawah rice cooker
3. Di kolong meja makan
4. Di bawah kursi makan

Padahal, semua tempat itu, Divya sudah berkali-kali kejeduk kepalanya. Sampe ngeri aku liatnya. Tapi kok ya balik lagi ke situ-situ juga.. hiiiiiiiiyyy... bikin gemes.

Sekarang tempat dibawah rice cooker sdh di kasih 'pagar' (ikatan kain supaya dia gak bisa masuk lagi) tapi kalo yang laennya gimana doong...

Masa iya gak ada meja & kursi makan dan bongkar wastafel (ah.. ini sih aku yg lebay hehehe)

Mau liat aksinya di tempat favoritnya itu??



Sunday, August 29, 2010

Balonku

Yup... Lagu Balonku bikin aku bahagia dan senang.
Karena apa? Karena Divya bisa ikutan teriak "DOR!" dibagian lagu yg emang seharusnya bilang "DOR!". Alhamdullilah.

Hasil stimulasi yang bolong-bolong ada hasilnya. Senangnya hati ini.

Setelah diobservasi oleh dokter anak yang spesialis dibagian syaraf anak, Divya memang telat wicara. Disini wicara bukan hanya bicara tapi juga berkomunikasi (begitu yang dijelaskan dari beberapa artikel yang aku baca).

Oiya selain itu, Divya juga 'dibekali' minyak ikan yang harus dihabiskan selama 1 bulan.
Prolacta with DHA for baby keluaran Novell Pharmaceutical. Terus terang aja aku paling gak suka bau amis dari minyak ikan. Karena pengalaman waktu kecil dulu yg dicekokin minya ikan dan bau amisnya .. ugh! ..

Saat ini Divya sudah hampir masuk usia 22 bulan & hanya 5 kata yang dia kuasai. Lagipula, setiap dipanggil namanya, dia kadang tidak peduli. Apalagi kalau sedang asyik main atau sedang mengerjakan sesuatu (seperti coret-coret, dll).

Sebagai ibunya, rada 'feeling' yg selalu mengganggu. Daripada berasumsi yang belom tentu juga benar dan makin bikin hati was-was terus, jadi lebih baik dibawa ke ahlinya.

Dokter anak tsb lalu memberi waktu 1 bulan untuk lebih intens menstimulasi Divya sebelum diputuskan untuk melalukan Terapi Wicara. Tentu saja, aku yang harus melalukan stimulasi tsb dirumah.

Diakui, sering banget bolong-bolong aku melalukannya karena semua pekerjaan dirumah harus ada yang membereskan (aku memang tidak punya asisten dirumah, jadi semua diurus sendiri).
Jadi, aku membuat check-list untuk diriku sendiri yang berisi daftar untuk menstimulasi Divya.
Aku buat dari hari setelah Divya di observasi s/d 1 bulan berikutnya sampai Divya di observasi kembali.

Sebenarnya, aku sudah mencari secara online seperti apa yg diterapkan di Terapi Wicara itu. Tapi sayangnya tidak (baca: belum) ada artikel yang banyak membantu.

Jika ada yang bisa bantu stimulasi atau seperti apa saja yang dilakukan di Terapi Wicara itu, tolong ya hubungi aku..

Wish me luck everybody!

Monday, August 9, 2010

Tuesday, July 20, 2010

Oh .. Tantrum

Yup.. tantrum.

Dulu, waktu sedang hamil Divya, aku emang sudah baca tentang Tantrum di usia menjelang 2 tahun (atau sepanjang usia 2 tahun ya?).

Mulai 'keukeuh' gak mau nurut kalo dilarang. Aku lebih sering ngelarang Divya kalo emang membahayakan buat dia. Contohnya nih, manjatin sofa untuk bisa panjat ke tralis jendela atau panjat tangga putar (dirumahku tempat jemur pakaian di lantai atas pakai tangga tsb) atau ikutan ceklak-ceklek nyalain kompor (aaaarrrgghh.. bahaya banget), dsb.

Intinya sih aku gak mau terlalu ngelarang dia deh, kasian juga kalo sedikit-sedikit dilarang.

Dari segi bicara, Divya sedikiiit sekali dalam penguasaan bahasanya (ini yg bikin aku senewen euy) sampai sekarang dia hanya bisa ngucapin : apa, alo, bapppaaa, papapa, mamam, ayyah dan yang paling sering Emeh (ini kalo dia minta ASI).

Kalo diajak minta tunjukin bagian wajah, dia sudah bisa, nunjukkin mana dirinya dia langsung tepuk dada atau perutnya (hihihi.. so cute), bisa cium tangan, kiss-bye, ciluk-ba, dadah, nari (tangannya diputar2 kalo denger musik).. bermacam gaya dia sudah bisa dan mengerti kalo disuruh.

Nah, timbulnya tantrum itu kalo Divya dilarang (karena ngelakuin salah satu hal diatas tadi) atau di ingin sesuatu tapi dia gak bisa omongin dan kita gak ngerti.

Sebagai ibunya, secara otomatis bisa ngerti apa maunya. Belakangan ini, aku berusaha menyemangati dia untuk pakai kata-kata jika ingin sesuatu. Misalnya, ingin buka tutup botol (plastik), Divya akan teriak-teriak sambil nyodorin dan taruh botol plastik itu di tanganku artinya minta di bukain tutup botolnya. Sebelum aku lakuin apa maunya, aku bilang "BUKA" berkali-kali.

Oh.. minggu lalu ada kejadian yg bikin kepalaku dan suami pusing. Bukan pertama kalinya Divya kami ajak ke acara pernikahan. Acara minggu lalu itu, ada salah satu saudara suamiku menikah. Aku sengaja datang setelah acara akad selesai dan datang menjelang acara resepsi agar Divya tidak terlalu bosan dan gak rewel. Semua perlengkapan Divya sudah siap, Divya sudah kenyang, Siipp... siap berangkat.

Di tempat acara, entah karena satu dan lain hal, acara resepsi telat dari yang telah di jadwalkan. Divya dengan sepupu-sepupunya dan juga beberapa anak kecil yang datang di acara tsb asyik berlarian ke sana-sini. Sampai kita kewalahan karena tamu yg datang sudah mulai banyak. Yang celaka 12 adalah gedung tsb terdapat tangga menuju balkon. Divya paling gak bisa kalo liat tangga, bawaannya langsung aja dipanjat. Naiklah Divya sampai ke atas (aku dan suami gantian menjaga) setelah itu dia ingin ikutan meluncur turun karena lihat sepupunya meluncur ke bawah (such a bad influence!! hate it so much!!). Divya digendong turun sambil mengamuk.

Uuggghhh....

Untungnya kita parkir dekat pintu masuk, Divya kita beritahu di dalam mobil, tapi gak berhasil. Masih teriak-teriak, nendang-nendang bahkan nangisnya sampai sesenggukan. Aku coba kasih cemilan favoritnya gak berhasil, mainannya, gak berhasil juga. Akhirnya Divya baru diam waktu aku kasih ASI. Tapi, itu hanya sebentar, dia inget lagi dan teriak-teriak minta turun. Melihat gedung semakin penuh dengan tamu, kami putuskan untuk pulang daripada cari masalah Divya teriak-teriak karena dilarang gak boleh naek tangga.

Sampai sekarang sih belom berhasil nemu cara supaya kalo dikasih tau Divya gak teriak-teriak sambil nangis kayak disiksa. *sigh* Such a drama queen ..


Tuesday, July 6, 2010

Jangan katakan 'Tidak' buat si kecil

Sekedar sharing dari artikel yang aku baca hari ini. Sumber aku ambil dari SINI

Jangan Katakan 'Tidak' Buat si Kecil

Vera Farah Bararah - detikHealth


img
(Foto: ehow)
Jakarta, Anak-anak usia prasekolah seringkali mengabaikan kata 'tidak' yang kadang bisa membuat orangtua marah. Tapi sebenarnya ada alternatif lain yang bisa digunakan orangtua untuk mengganti kata 'tidak'.

Orangtua biasanya menggunakan kata 'tidak' untuk mendisiplinkan anak. Namun teknik ini seringkali tidak berjalan dengan baik, karena anak lebih sering cuek jika orangtua melarangnya dengan kata 'tidak'.

"Anak-anak seringkali mengabaikan kata-kata tidak dari orangtuanya, dan mungkin orangtua harus mengulanginya sepuluh kali baru bisa mendapat tanggapan dari si kecil," ujar Roni Leiderman, dekan dari Family Center di Nova Southeastern University, Ft. Lauderdale, Florida, seperti dikutip dari Babycenter, Selasa (6/7/2010).

Karenanya dibutuhkan pendekatan lain sebagai alternatif dari kata 'tidak' pada anak-anak usia prasekolah, yaitu:

Mengulanginya dengan kata-kata positif
Menggunakan kata-kata positif untuk meminta anak melakukan sesuatu cenderung bisa ditanggapi dengan baik oleh anak.

Jika si kecil suka bermain bola di ruang tamu, maka jangan menyuruhnya berhenti dengan cara memarahi tapi coba katakn, "Mari kita pergi ke luar untuk bermain bola".

Jika orangtua melarang anak melakukan sesuatu, maka secara tidak langsung anak akan memikirkan hal yang dilarang oleh orangtuanya. Karenanya gunakan kata-kata positif untuk memintanya melakukan sesuatu.

Menawarkan pilihan
Anak-anak usia prasekolah selalu ingin merasa independen dan terkendali. Jadi daripada orangtua melakukan penolakan terhadap keinginan anak, lebih baik menawarkannya sebuah pilihan.

Misalnya dengan mengganti keinginannya dengan barang lain atau boleh mendapatkan yang diinginkan setelah ia melakukan sesuatu. Meskipun mungkin anak tidak senang dengan pilihan yang ditawarkan, tapi anak akan belajar untuk menerima.

Menghindari masalah
Salah satu cara untuk mengganti kata 'tidak' adalah dengan cara menghindari masalah, yaitu memilih lingkungan yang aman untuk anak bereksplorasi terhadap rasa ingin tahunya.

Misalnya menata rumah dengan meletakkan barang-barang berbahaya dan berharga jauh dari jangkauan anak-anak. Meskipun orangtua tidak bisa selalu memberikan lingkungan yang aman, tapi hal ini bisa membatasi orangtua melarang si kecil.

Mengabaikan pelanggaran kecil
Jika anak melakukan pelanggaran kecil tapi ia tetap aman, maka biarkan saja karena orangtua tak selalu harus mengatakan tidak. Orangtua juga perlu memanjakan rasa petualangan dan eksplorasi anak dengan menyenangkan.

Katakan sesuai dengan maksud orangtua
Orangtua bisa mengatakan maksudnya secara jelas pada anak tapi dengan wajah tetap tenang. Jika orangtua misalnya mengatakan "Tidak! Jangan menarik ekor kucing", maka gantilah dengan "Tidak, tidak boleh sayang". Ketika ia merespons berilah ia senyuman dan memujinya "Wah, kamu pendengar yang baik ya". Hal ini akan lebih disukai oleh si kecil.

(ver/ir)

Wednesday, June 30, 2010

Hello (cyber) World.. We're back

Phuih... perlu ikutan diberesin juga nih blognya Divya *bersihin debu sana-sini uhuk..uhukk..*

Lama banget gak update karena emang bukan prioritas pada saat kemaren (bingung kan bahasanya?). Ada hal yang lebih prioritas yaitu nemenin dan bantu-bantu ngurusin Eyangnya Divya yang sakit, jadi aktivitas di dunia maya bukan prioritas lagi saat itu.

Alhamdulillah, sekarang kondisi Eyangnya Divya lebih mendingan daripada waktu pertama kali Divya datang menengok.

Emang bener kata orang-orang, cucu adalah obat ampuh bagi kakek/nenek yang sedang sakit. Dari bulan April hingga kemarin, aku dan Divya ada di Cirebon. Eyangnya Divya emang beraaaattttt banget mau ngelepas Divya pulang ke Depok. Belom apa-apa sudah ditanyain "kapan balik lagi?", "nanti kalo balik lagi jangan cuman sebentar, yang lama lagi ya" atau "udah kamu kerja lagi aja, Divya biar disini nemenin Eyangnya"

Haiyaaaaaaaaa.....

Aku dan suami sudah siap-siap ngatur jadwal kira-kira kapan aku dan Divya tinggal lebih lama lagi di Cirebon. Karena pasti akan 'ditagih'.

Sabar ya Eyangnya Divya... Soalnya harus bagi-bagi 'jatah' kunjungan antara Eyang yang di Cirebon dan di Jakarta.



Tuesday, May 4, 2010

..libur ngeblog..

halo semua..

wah, untuk sementara harus libur dulu nih nge-blognya.
selain koneksi internet yang seriiiiiiiiiiinnng ngambek (dan musti ganti provider keliatannya), banyak hal yang buat ibun untuk libur sementara nge-blog.

padahal buanyaak banget yang kepengen ditulis.

nunggu waktu (dan koneksi internet yg stabil) supaya ibun bisa ceritain perkembangan divya.

sampe ketemu lagi ... secepatnya!

Monday, April 5, 2010

Nah.. ketauan penyebanya!

Setelah nebak-nebak apa yang sebenernya yang bikin Divya gak ada interaksi, baru dapet jawabannya pas Divya ke dokternya hari Sabtu kemaren. Sang Pak Dokter, Irawan M, yang kebetulan ahli syaraf, dengan sabar mau ngedengerin 'laporan'-ku yang rada panjang tentang Divya.

Divya diperiksa pendengerannya dan katanya sih gpp. Jadi suamiku disuruh manggil nama Divya daan seperti biasa, Divya gak nengok. Dia gak nengok s.a.ma.s.e.k.a.l.i *huks* Yang ada dikepalaku saat itu adalah hasil pemeriksaan yg paling terjelek deh.

Dicoba beberapa kali dan Divya tidak juga bereaksi dan tidak ada interaksi.. Kalo sudah begini rasanya aku sebagai ibunya yg ngerasa paling bersalah sampai anak jadi begini.

Lalu Pak Dokter mulai mewawancarai kami sebagai ortunya. Karena sehari-hari Divya aku sendiri yg pegang (dirumah memang tidak punya asisten). Aku menjawab pertanyaan yg Pak Dokter tanyakan.

Ujung-ujungnya tentang nonton. Waktu ditanya berapa lama Divya dibolehkan nonton? Wadoh.. aku gak bisa jawab, yang aku jawab "dia hanya dibolehkan nonton kartun kok, Dok". Tapi, aku gak menjawab pertanyaan Pak Dokter.

Akhirnya aku 'mengaku dosa', TV dijadikan 'pengasuh' sementara aku bisa ngerjain beberapa kerjaan rumah tangga. Aku ngerasa kebantu banget. Tapi dampaknya pada Divya ... Bener deh aku gak mikirin hal ini.

Jadi, hasil observasi Pak Dokter. Divya itu sudah terpuaskan visualnya sehingga dia menjadi anak yang Pasif dan itu menghambat perkembangannya. Yang harus dilakukan : Puasa nonton. Segala tontonan deh pokoknya. Baik dari TV ataupun film-film anak favoritnya. Berapa lama? Sampai Divya mau berinteraksi dengan

Yang dianjurkan : mendengarkan lagu, meniup dan menyedot sedotan (sampai sekarang Divya belum bisa minum pake sedotan). Belajar bicara depan kaca dan lebih dibanyakin lagi baca buku.

Hari ini adalah hari ke #3 Divya puasa nonton. Aku sebagai ibunya juga belajar untuk mencari kegiatan untuk Divya tanpa TV. Beberapa kali Divya bolak-balik liat ke TV berharap aku mau memasangkan acara favoritnya. Maaf ya Nak..

Divya jadi lebih rewel dan cengeng. Aku sih liatnya seperti dia sakaw nonton gituuu. Kasian. Imbasnya, aku gak boleh jauh dari dia sedetik pun. Bahkan ke kamar mandi, Divya bisa nangis sesenggukan. Karena mungkin dia baru 'ngeh' kali ye kalo dia sendirian. Padahal sudah dikasih mainan dan bukunya.

Jalan masih panjang nih... doakan semoga Divya bisa berinteraksi seperti anak-anak lainnya ya....

Oiya.. aku sedang ngumpulin semua kegiatan untuk anak-anak tanpa TV (TV free activities), kalo ada yang mau kasih usulan boleh banget sekalian gimana caranya ngajarin anak untuk mau bicara ya?

Tuesday, March 23, 2010

My lovely Divya

Hari ini, Hana (anak adikku yang lahir di hari yang sama dengan Divya - hanya beda beberapa jam saja) datang ke rumah (tentu saja datang dengan ibunya - yaitu adikku dan pengasuhnya). Wah, kesempatan bagus nih. Karena, rada susah untuk nyocokin agenda untuk ketemuan atau saling berkunjung ke tempat masing-masing. Hasilnya, ya gini deh. Jadi jarang ketemuan padahal tinggal di satu kota.. Dilema tinggal di kota metropolitan.

Waktu Hana datang, Divya sedang tidur (setelah main, Divya biasa tidur jam 10 atau 11 pagi s/d jam makan siang). Melihat perkembangan Hana, aku jadi minder dengan perkembangan Divya. Setelah Divya bangun dan ngumpulin nyawa, Divya masih perlu waktu lama untuk mau ngeluarin suaranya (kecuali nangis - yg ini gak dihitung).

Setelah hampir 2 - 3 jam, Divya dan Hana akhirnya main berdua. Lari sana - lari sini. Duduk berdua di pojokan (segala pojokan yang ada di rumah deh). Nah, Divya baru mau ngeluarin suara "pa-pa-pa".. "ddddd".... "bbrrrrrrrr" (nyemburin ludah kalo yang ini)

Suaranya Divya kecil, kalah dengan suara Hana yang keras, melengking.

Aku iri melihat perkembangan Hana.
Aku minder lihat kepintaran Hana yang aktif merespon perintah yang diberikan atau menirukan sesuatu.
Aku sedih melihat betapa 'jomplang'-nya perkembangan Divya dan Hana.
Aku merasa gagal dalam mendidik Divya.

Arrrrrrrrrrrrrrrrrrggggggggggggggggghhhh....

Hampir seharian Hana dirumahku. Semakin sesak rasanya melihat jauhnya perkembangan antara Divya dan Hana.

Dari postur tubuh, Divya sekarang lebih kurus - apakah aku tidak cukup memberikan makan?
Dari segi merespon ucapan, Divya tidak merespon - pasti karena aku yang tidak mengerti cara mengajarkan kepada Divya cara merespon
Dari segi mood Divya, Divya lebih pemurung, pendiam dan terkesan bosen, - oh betapa bersalahnya aku membuat putri tercintaku pemurung, pendiam hingga bosen..

Arrrrrrrrrrrrrrrrrgggggggggggggggggggggghhhh..........

Biarpun begitu, aku bersyukur telah diberikan anugerah terindah dalam hidupku. Divya namanya.
Biarpun banyak hal yang 'ketinggalan', di mataku Divya tetap cahaya hidupku yang tak kan pernah redup.
Apa pun kondisinya, aku bersyukur Divya bisa selamat hingga detik ini.
Apa pun kondisinya, aku akan selalu ada untuk Divya hingga dia bisa mandiri nanti..

I love you always, my Divya...


Thursday, March 11, 2010

kamu kenapa ya, Nak?

Saat Divya berusia 16 bulan dan tidak juga menunjukkan kemajuan dalam kemampuan berbicaranya. Aku semakin senewen. Segala artikel dan referensi aku coba gali. Dari situ aku amati perkembangan Divya.

Gangguan pendengaran kah? Setiap kali dia dengar lagu pembuka film favoritnya, Divya langsung ngacir menghampiri suara tsb.

Tapi, jika dipanggil namanya Divya cuek banget gak merespon. Apalagi dia suka tidak mau memandangi aku kalau aku sedang bicara dengannya. Sedih deh.

Belum lagi Divya tidak mau menirukan, bahkan tidak mau mengucapkan kata-kata...

Salah satu referensi yang aku baca sbb:
...menyebabkan terjadinya gangguan berbicara. Sejumlah anak yang mengalami keterlambatan berbicara mungkin
mengalami masalah motorik oral, artinya ada gangguan dalam pengolahan atau penyampaian sinyal dari pusat bicara di
otak. Seorang anak seperti ini akan mengalami kesulitan dalam mengendalikan bibir, lidah, dan rahangnya untuk
mengucapkan suatu kata. Gangguan bicaranya tersebut dapat disertai dengan gangguan motorik oral lainnya seperti
gangguan saat makan. Gangguan berbicara sering kali menunjukkan adanya gangguan perkembangan lain yang lebih luas..

Ada yang bisa bantu kasih info gak? Atau berbagi pengalaman jika pernah punya pengalan yang sama....



Monday, March 8, 2010

Mencoba susu kaleng

Divya sudah 16 bulan. Alhamdulillah masih ASI. Hanya saja kebutuhan Divya sudah semakin banyak dan persediaan ASI-ku tidak sebanyak dulu. Maka, aku dan suami memutuskan untuk memberikan susu tambahan.

Maka dimulailah kebingungan itu. Dengan ribuan iklan susu yang ada, kita coba pilah sesuai kebutuhan Divya yang sudah 1,5 tahun. Survey dengan browsing di website masing-masing produk susu dan juga setiap kali ke supermarket. Dari kandungan gizinya sampai harga.

Setelah sempat tertunda karena kami bingung, akhirnya kami membeli 2 merk susu : Nutricia Bebelac 3 dan Dancow Batita.

Hari ini, pertama kalinya Divya mencoba susu selain ASI. Awalnya kita berikan Nutricia Bebelac. Divya memang punya kesulitan untuk menyusu dengan dot karena sejak bayi tidak pernah dibiasakan. Sedangkan di sendokin, Divya rada 'trauma' karena takutnya ditipu malah di kasih obat.. hahahaha.. ribet? sudah pasti.

Divya hanya mau beberapa sedot dari botolnya. Trus aku pikir, Divya sudah bisa minum dari gelas, jadi aku taruh di gelasnya. Lumayan lah. Tapi sudah gitu dia gak mau lagi.

Namanya juga ibu-ibu, rasanya kok sayang banget kalo harus buang susu. Akhirnya, aku akalin dengan dibuat agar-agar dan dicampur jeruk... eehh... Divya malah doyan hahahaha

Besok, akan dicobakan lagi.. siapa tau aja Divya mau...

Thursday, February 18, 2010

Wednesday, February 17, 2010

corat-coret

Malam-malam gini, Ibun baru sempet beresin hasil corat-coretnya Divya.

Baru kali ini dapat sesuatu yang bisa buat Divya 'anteng' dan gak merengek-rengek. Ternyata cukup dengan kertas kosong dan alat tulis. Disini aku bolehkan Divya pakai pensil yang ujungnya bundar.

Aku sudah prediksi pasti suatu saat, Divya pasti akan 'mencicipi' kertas dan pensil tsb. Jadi, aku gak boleh lepas ngeliatinnya.

Beberapa coretannya cukup membuat aku tersenyum bangga.

Dan.. aku juga sudah siap untuk membersihan coretannya dimana-mana, termasuk di dinding dan tempat lainnya. Karena, pasti hal itu akan terjadi. Biarpun, tiap kali dia melenceng mau coret kemana-mana, aku kasih tau untuk ditulis/digambar di kertas.

Karya seni yang paling bagus dan paling berharga saat ini adalah ... coretan tangan Divya.

Monday, February 15, 2010

makan sendiri


Serunya ngeliatin Divya makan sendiri...


Sunday, February 14, 2010

Flu lagi Flu lagi

Gini deh kalo kumpul ama sepupunya yang gak sedang sakit. Pasti yang baca bertanya-tanya, udah tau sepupunya sakit kok dibiarin kumpul dengan mereka??

Justru mereka yang nyamperin Divya!

Padahal Divya aku kerem / taruh dalam kamar gak boleh keluar. Padahal dia sehat dan kepengen maen diluar. Tapi karena para sepupunya itu berkeliaran di luar, jadilah yg sehat di taruh dalam kamar. Kasian sekali.

Yg lebih mengherankan lagi, kok ya gak dilarang sama orang tuanya. Udah gitu, ibu mereka bilang ke suamiku seperti ini "ah, aku tidur ama mereka (anak-anaknya) yg batuk dan flu, aku gak kenapa-kenapa kok"...

Iiiyyyhh... kalo sampe dia bilang gitu didepanku, gak tanggung-tanggung deh. Habis dia aku ceramahi. Secara ya, Divya itu masih 15 bulan. Sehebat apa pun daya tahan tubuhnya, kalo dikerubuti ama sepupunya yang sakit ya bakal ketularan juga lah. Lagian konyol banget, perbandingannya dirinya yg sudah tua dengan anak 15 bulan.

Kepengen noyor deh rasanya.

Udah ah. Tambah kesel kalo nyeritainnya. Gak bakalan habis-habis.

Divya demam tinggi sampe 39,5 derajat. Kita bawa ke RS Bunda Margonda. Karena sekarang kita tinggal di Depok. Lagian kita takut kalo sudah demam tinggi. Setelah daftar, hanya nunggu sebentar. langsung diperiksa oleh dokter spesialis anak.

Tapi sayang, kok dokternya seperti bingung sendiri gitu setelah periksa Divya. Lagian Divya rewel banget. Padahal biasanya dia gak serewel ini kalo sedang diperiksa loh. Aku dan suami pikir pasti karena demamnya dan batuk yang minta ampun ramenya. Kasian liatnya.

Dr. Ivjanthie (kalo gak salah namanya), keliatan sekali bingung untuk menuliskan resep untuk Divya. Bikin deg-degan deh. Belum lagi dicoret-coret buku kesehatannya. Hmm...

Setelah itu, kita tebus resepnya dan sampai dirumah kita berikan ke Divya. Semaleman Divya makin rewel, demamnya hanya turun sebentar, setelah itu naik lagi. Batuknya jadi lebih parah. Semaleman kita gak tidur, kasihan liat Divya yang tersiksa sama batuk dan demamnya itu.

Setelah lewat 4 jam, aku berinisiatif untuk memberikan Divya Tempra. Alhamdulillah, setelah itu Divya bisa tidur tenang walaupun masih batuk-batuk.

Lewat 3 hari, dan masih juga batuk dan demam. Akhirnya, kita putuskan untuk menemui dokter langganan Divya. Dokter Irawan Mangunatmaja. Setelah pulang dan meminumkan obat, Divya langsung tidur, demamnya turun dan batuknya memang masih ada karena tidak bisa ngeluarin dahak tapi sudah tidak sesering sebelumnya.

Alamak Divya, apa kamu kangen ama Pak Dokter? hihihihi.. kocak deh...

Wednesday, February 3, 2010

Missing in action : Remote Control TV

Seharian ini, aku harus mondar-mandir untuk ganti channel TV.

Kenapa???

Karena remote control TV "disimpan" oleh Divya. Dan kita semua harus nebak-nebak dimana Divya simpan remote control itu.

Divya belom bisa ditanyain juga, jadi ya percuma aja. Karena setiap ditanyain yang ada Divya malah tepuk-tepuk tangan. Haduh Nak, ibun tanya bukannya ngajak nyanyi...

Aku mau cari remote TV-nya dulu ya....

Sampai nanti...

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails