Thursday, July 23, 2009

Di opname di rumah sakit. Yikes!

Sejak hari Sabtu, 18 Juli 2009, Divya sudah demam. Diukur suhu tubuhnya dan hasilnya 38 C. Langsung di bawa ke dokter, tapi Divya kok masih "motah" (pecicilan-bhs.sunda). Waktu sampai di Klinik Anakku, suhu tubuhnya sudah sedikit menurun menjadi 37.5 C

Kebetulan Dokter Irawan Mangunatmadja, salah satu dokter langganan Divya sedang praktek hari itu. Setelah diperiksa, Divya tidak ada radang di tenggorokannya, awalnya aku menduga dia demam karena radang tenggorokan karena Divya sempat terdengar batuk dan meler (keluar ingus).

Divya di beri obat puyer untuk batuk & pilek ditambah puyer untuk demam jika diatas 37.5 C, untuk demam dibawah 37.5 C di beri Praxion syrup. Kami lalui long week-end dengan siaga, karena demam Divya tidak turun dibawah 37.5 C. Setelah tengah malam Divya masih demam tinggi dan obat puyer untuk demam, rupanya tidak mempan, kami pergi ke dokter umum 24 jam. Dari sana, Divya diberikan Amoxan (antibiotik) dan Cohistan (untuk batuk & pileknya)

Hari senin tengah malam, Divya muntah-muntah dan siangnya pup mencret beberapa kali. Akhirnya kami putuskan untuk segera ke UGD RS Puri Cinere, karena suhu tubuh sudah 38 C dan tidak turun juga.

Di UGD, Divya diberi Proris lewat anus karena suhu tubuhnya sudah mencapai 38.5 C, nyaris 40 C. Aku sih takutnya Divya kejang, karena bayi kalo demam kelewat tinggi bisa berakibat kejang. Setelah diberi Proris, demam Divya berkurang tapi karena ada mencret, dokter jaga di UGD segera menghubungi dokter Irawan.

Divya diputuskan untuk dirawat malam itu juga. Contoh darah diambil sewaktu akan dipasang selang infus. Ayah Aryo yang ketakutan setengah mati dan super senewen. Aku yang pegangi Divya yang sudah terkantuk-kantuk dan menangis sewaktu dipasang selang infus. Miris memang melihat tangan mungilnya harus dimasuki jarum untuk infus. *Sigh*

Kami cukup lama menunggu Ayah Aryo untuk daftar mendapatkan kamar. Malam itu di UGD rameeeeeeeeeeeeee sekali. Rasanya baru kali ini melihat UGD begitu penuhnya. Akhirnya pas di tengah malam Divya masuk ke kamarnya. Sampai di sana, Divya pup lagi dan mencret. Contoh pup diambil untuk di analisa. Oiya, mencret disini fecesnya berupa cairan.

Karena Divya memang tidak mau makan, hanya mau ASI, jadi aku yang mendapat jatah makanan rumah sakit. Baru kali ini makanan rumah sakit ada rasanya biasanya hiiiyy hambar hehehe

Hasil laboratorium atas contoh darah dan feces Divya, untuk darah semuanya bagus dan untuk feces, didalamnya terdapat spora! astagaaa.. setahuku yang namanya spora itu kan adanya di tanaman suplir ya?? ternyata spora disini adalah jamur. Jadi, demam itu timbul karena adanya Infeksi di Saluran Pencernaan.

Padahal Divya selama ini full ASI, wadoh.. berarti ASI-ku gak bagus?? sempat 'down' rasanya. Lalu, dokter Irawan memberitahu bukan karena ASI tidak bagus, tetapi di umur Divya yang senang menjelajah kemana-mana, sering kali tangannya langsung dimasukkan dalam mulut.

Hwadoh... aku benar-benar kecolongan. Padahal setiap aku melihat dia merangkak kemana-mana, setelah itu tangannya pasti aku lap pakai tissue basah khusus bayi. Sekali lagi dokternya bilang, bayi itu lebih cepat dan lebih pintar, bisa jadi benda apa pun akan dia coba masukkan dalam mulutnya.

Demam Divya dihari pertama dan kedua masih tinggi berkisar 37.5 C - 38 C. Dipantau terus menerus oleh dokter dan perawat yang setiap 2 jam memeriksa suhu tubuh. Dan sewaktu 38 C, maka Divya dibangunkan untuk diberikan Tempra.

Obat yang diberikan adalah
  • Septrim (antibiotik untuk bayi yang terkena masalah perut),
  • Candistin drop (untuk membunuh spora yang ada di saluran pencernaan),
  • Mycoz salep (untuk bagian anus yang lecet karena terlalu banyak mencret),
  • Breathy drop (Divya sempet mampet karena ada pileknya).

Waktu hari ke tiga dan ke empat, Divya sudah tidak demam lagi. Suhu tubuhnya sudah normal berkisar 35 C - 36 C. Dan tidak betah berada didalam kamar, jadihlah berjalan2 di lorong rumah sakit dan disana banyak bayi dan batita yang sudah merasa sehat melakukan hal yang sama. Memang beda kalau di bagian bayi dan anak2 ini, pasien dibolehkan tidur sepuasnya, coba kalau pasien dewasa, pasti sudah dibangunkan berkali-kali hihihi.

Pada tanggal 23 Juli 2009, Divya dinyatakan sehat dan boleh pulang. Dokter Irawan memberitahukan untuk tidak perlu khawatir kalau Divya masih kecepirit, itu tandanya tubuhnya sedang mengeluarkan spora yang ada. Divya boleh pulang hari ini ... ah senangnya!!!

Hikmah dari semua ini :
  • Suami tertular menjadi Clean Freak (padahal sebelumnya dia sering mengejek aku sbg seorang clean freak dan rupanya dia terganggu dengan hal itu, tapi sekarang bedaaaa ...)
  • Belek di mata kiri Divya yang sering menganggunya, hilang.
  • Sudah mau makan biskuit marie (yang khusus bayi)
  • Mau minum air putih dari gelas dot-nya

Alhamdulillah... dibalik ujian memang ada hikmahnya...



No comments:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails