Tuesday, July 20, 2010

Oh .. Tantrum

Yup.. tantrum.

Dulu, waktu sedang hamil Divya, aku emang sudah baca tentang Tantrum di usia menjelang 2 tahun (atau sepanjang usia 2 tahun ya?).

Mulai 'keukeuh' gak mau nurut kalo dilarang. Aku lebih sering ngelarang Divya kalo emang membahayakan buat dia. Contohnya nih, manjatin sofa untuk bisa panjat ke tralis jendela atau panjat tangga putar (dirumahku tempat jemur pakaian di lantai atas pakai tangga tsb) atau ikutan ceklak-ceklek nyalain kompor (aaaarrrgghh.. bahaya banget), dsb.

Intinya sih aku gak mau terlalu ngelarang dia deh, kasian juga kalo sedikit-sedikit dilarang.

Dari segi bicara, Divya sedikiiit sekali dalam penguasaan bahasanya (ini yg bikin aku senewen euy) sampai sekarang dia hanya bisa ngucapin : apa, alo, bapppaaa, papapa, mamam, ayyah dan yang paling sering Emeh (ini kalo dia minta ASI).

Kalo diajak minta tunjukin bagian wajah, dia sudah bisa, nunjukkin mana dirinya dia langsung tepuk dada atau perutnya (hihihi.. so cute), bisa cium tangan, kiss-bye, ciluk-ba, dadah, nari (tangannya diputar2 kalo denger musik).. bermacam gaya dia sudah bisa dan mengerti kalo disuruh.

Nah, timbulnya tantrum itu kalo Divya dilarang (karena ngelakuin salah satu hal diatas tadi) atau di ingin sesuatu tapi dia gak bisa omongin dan kita gak ngerti.

Sebagai ibunya, secara otomatis bisa ngerti apa maunya. Belakangan ini, aku berusaha menyemangati dia untuk pakai kata-kata jika ingin sesuatu. Misalnya, ingin buka tutup botol (plastik), Divya akan teriak-teriak sambil nyodorin dan taruh botol plastik itu di tanganku artinya minta di bukain tutup botolnya. Sebelum aku lakuin apa maunya, aku bilang "BUKA" berkali-kali.

Oh.. minggu lalu ada kejadian yg bikin kepalaku dan suami pusing. Bukan pertama kalinya Divya kami ajak ke acara pernikahan. Acara minggu lalu itu, ada salah satu saudara suamiku menikah. Aku sengaja datang setelah acara akad selesai dan datang menjelang acara resepsi agar Divya tidak terlalu bosan dan gak rewel. Semua perlengkapan Divya sudah siap, Divya sudah kenyang, Siipp... siap berangkat.

Di tempat acara, entah karena satu dan lain hal, acara resepsi telat dari yang telah di jadwalkan. Divya dengan sepupu-sepupunya dan juga beberapa anak kecil yang datang di acara tsb asyik berlarian ke sana-sini. Sampai kita kewalahan karena tamu yg datang sudah mulai banyak. Yang celaka 12 adalah gedung tsb terdapat tangga menuju balkon. Divya paling gak bisa kalo liat tangga, bawaannya langsung aja dipanjat. Naiklah Divya sampai ke atas (aku dan suami gantian menjaga) setelah itu dia ingin ikutan meluncur turun karena lihat sepupunya meluncur ke bawah (such a bad influence!! hate it so much!!). Divya digendong turun sambil mengamuk.

Uuggghhh....

Untungnya kita parkir dekat pintu masuk, Divya kita beritahu di dalam mobil, tapi gak berhasil. Masih teriak-teriak, nendang-nendang bahkan nangisnya sampai sesenggukan. Aku coba kasih cemilan favoritnya gak berhasil, mainannya, gak berhasil juga. Akhirnya Divya baru diam waktu aku kasih ASI. Tapi, itu hanya sebentar, dia inget lagi dan teriak-teriak minta turun. Melihat gedung semakin penuh dengan tamu, kami putuskan untuk pulang daripada cari masalah Divya teriak-teriak karena dilarang gak boleh naek tangga.

Sampai sekarang sih belom berhasil nemu cara supaya kalo dikasih tau Divya gak teriak-teriak sambil nangis kayak disiksa. *sigh* Such a drama queen ..


1 comment:

Ami Djo said...

The best advice I got: 'Acknowledge a child's feeling'. Aku praktekin ke Danen, ternyata berhasil. Kalo dia marah, yang jelas aku tau sebabnya, tapi dia gak boleh dapet, aku peluk, trus aku bilang apa yang dia rasakan (i.e Danen marah yah...), apa yang bikin dia upset (i.e gak boleh minum air di tempat cuci piring...), dan kenapa dia gak boleh (i.e. nanti sakit, kalo sakit mesti minum obat....).

Second advice: If possible, kasih alternatif yang boleh. i.e. jangan minum dari situ, tapi kalo minum ambil gelas... or jangan manjat disini, tapi disitu (yang sudah dikondisikan aman)

:-)

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails