Monday, October 4, 2010

dan keputusannya adalah................

Setelah dikasih tenggang waktu oleh dokternya Divya untuk menstimulasi selama 1.5 bulan. Ternyata progres yang dialami oleh Divya tidak banyak, bisa dibilang segitu-gitu ajah.

Jadi, hari Sabtu 2 Okt 2010 ini, kita dateng lagi untuk kembali untuk Divya di observasi oleh Dokter Irawan. Setelah hampir setengah jam di observasi, yaitu : panggil nama, minta menyebutkan bagian di wajah, menyebutkan bagian tubuh, melakukan gerakan dadah-cium tangan-kiss bye.

Dari semuanya itu, sebenernya Divya sudah bisa tapi kalau sedang tidak mau, ya gak dilakuin. Jadi, aku sering ngerasa frustasi kenapa Divya gak mau ngikutin/menirukan??

Ternyata, hasil observasi Pak Dokter, Divya itu hanya mau komunikasi 1 arah alias komunikasi hanya mau dari dia bukan sebaliknya. Lha.. gimana mau belajar kalo hanya dari dia? Di tahap ini, dia proses belajarnya dengan menirukan kan???

Akhirnya, kami sebagai orang tuanya minta solusi apa yang harus dilakukan karena sudah habis akal untuk menstimulasi Divya. Bisa jadi kami, orang tuanya, salah memberikan stimulasi, iya kan??

Jadi, Pak Dokter memberikan rujukan untuk Divya di terapi Sensori Integrasi.

Heh?!! Apaan tuh???

Setelah di jelaskan adalah sbb:
Disfungsi sensori integrasi merupakan masalah dalam memproses sensasi yang menyebabkan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku yang tampak pada anak adalah mereka memproses sensasi yang emreka terima dari lingkungan dan dari tubuhnya dengan cara yang tidak tepat, misalnya dengan mencari stimulasi yang berlebihan (contoh), menghindari sensori/stimulasi (contoh), atau masalah dalam merencanakan gerakan (contoh)

Dengan diberikan rujukan ke terapis yang nantinya akan memberikan terapi tsb kepada Divya. Untungnya di Klinik Anakku juga terdapat terapi tsb, hanya saja lokasinya bukan di Pondok Pinang tempat Divya biasa di periksa oleh Dokter Irawan. Tapi, di Cinere (seberang Cinere Mall)

Kami datang pada hari Senin, 4 Oktober 2010. Awalnya kami pikir, ah paling gak banyak anak yang di terapi. Ternyata salah besar. Jadwalnya penuh! Yikes...

Dengan membawa surat rujukan tsb, Divya ditaruh di jadwal waiting list. Apalagi untuk pertama kali harus di lakukan assessment dulu. Setelah itu baru pada pertemuan berikutnya akan dimulai terapi. Untungnya mbak yang atur jadwal ngebantuin banget. Dia coba hubungi semua terapisnya dan ternyata dapet jam 4 sore. Yaudah deh gpp...

Kami sih lebih suka dapat jadwal di pagi hari karena Divya masih fresh dan kalo sudah sore pasti sudah mulai rewel.

Jadilah, kami bertiga mampir ke rumah eyangnya Divya yang di daerah Pondok Labu sambil menunggu waktu akan di assessment. Divya gak mau tidur sama sekali karena asyik main dengan kakak sepupunya.

Gak kerasa sudah jam 15.30! yikkkkeees... telaaaattt... Buru2 deh berangkat daaann kena macet.

Nyampe di tempat terapi Klinik Anakku jam 16.30 aja gituu..uuuggghh! Gak nyangka kalo jam segitu tuh macet.

Jadinya Divya di waiting list lagi *sigh*

Sambil tanya sana-sini tempat terapi yang lebih deket rumah di daerah Depok dan juga harganya terjangkau ama kocek tentunya.

Setelah cari informasi ternyata hanya di Klinik Anakku saja yang kalo dihitung-hitung lebih reasonable. Apalagi terapisnya bisa langsung konsultasi dengan Dokter anak langgangannya Divya.

Sekarang saatnya untuk bolak-balik nge-cek apakah Divya sdh dapat jadwal belom ya???

No comments:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails